Mendalami Peran dan Kepentingan Aktor-AKtor dalam Konflik di Suriah

Abstract

Salah satu faktor yang membuat Presiden Suriah, Bashar Al-Assad, memiliki pemerintahan dan kekuasaan yang kokoh dan kuat adalah dengan mengintegrasikan kekuatan militer dalam sistem pemerintahannya. Selain itu, kekuatan militer ini diperkuat dengan keterlibatan dua aktor asing, yaitu: Rusia dan Iran. Keterlibatan Rusia dalam perang Suriah memiliki alasan kuat untuk mempererat hubungan mereka. Selain permintaan pemerintah Suriah, Rusia juga merasa memiliki kepentingan yang harus mereka lindungi seperti kepentingan untuk memperluas dan memperkuat kehadiran militernya di Timur Tengah. Iran dan Suriah adalah dua negara yang memiliki hubungan luar negeri yang baik dan keduanya selalu berani mengambil tindakan yang dilakukan oleh Israel di kawasan Timur Tengah, apalagi ketika tindakan tersebut berdampak negatif bagi warga Palestina dan Gaza. Pemberontakan terhadap pemerintah Suriah tidak hanya didukung oleh rakyat biasa tetapi juga kekuatan asing seperti Arab Saudi yang merupakan sekutu Amerika Serikat yang sedang melakukan perang proxy di Suriah melawan Iran. Amerika Serikat dan sekutunya sangat aktif memberikan bantuan kepada pemberontak/oposisi di Suriah. Setidaknya ada dua kelompok pemberontak besar dalam konflik Suriah, yaitu kelompok dari pembelot militer Suriah dan kelompok dari aktivis jihad. Tentara Pembebasan Suriah adalah contoh kelompok militer yang membelot dari pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Kolonel Riad Al-Assad. Selain kelompok Jihadis dan pemberontak militan moderat, ada kelompok Kurdi yang memiliki tujuan sendiri dalam konflik ini yaitu adanya kepentingan untuk memberikan sebuah daerah otonomi khusus untuk bangsa Kurdi. Hal-hal diatas merupakan faktor yang merubah Perang Saudara di Suriah menjadi salah satu konflik kontemporer yang sangat rumit untuk diselesaikan.

 

Mendalami Peran dan Kepentingan Aktor-Aktor dalam Konflik di Suriah