Pemetaan Konflik dan Upaya Negosiasi di Konflik Suriah

Abstract

 

Konflik yang terjadi di Suriah tidak dapat terlepas dari fenomena Arab Spring yang mulai muncul pada tahun 2010. Namun pada tahun 2011, gelombang fenomena Arab Spring mulai menjalar di Suriah, tepatnya di kota Deera. Akar konflik Suriah berawal dari ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Bashar al-Assad. Bashar al-Assad adalah penerus rezim Assad sekaligus keturunan dari Hafez al-Assad. Situasi di Suriah makin kacau balau, setelah kekuatan lain dari luar ikut campur dan mendukung pihak-pihak yang bertikai. Perang Saudara Suriah adalah hasil dari penyebab jangka panjang dan jangka pendek yang kompleks dan saling terkait, termasuk ketegangan sosial-politik dan agama, kondisi ekonomi yang buruk, dan gelombang pemberontakan politik yang melanda Timur Tengah dan Afrika Utara pada tahun 2011. Di akhir tahun 2021, polar kekuatan oposisi sudah mulai padam dan kekuatan mulai bergilir, secara umum kelompok oposisi terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Pemberontak Moderat yaitu (Free Syrian Army & Ahrar al-Sham), Militan Radikal (Tahrir al-Sham (HTS) dan ISIS), dan Pemberontak Kurdi (Rojava/SDF). Masing-masing kelompok pemberontak memiliki tujuannya, sifat terpecah-belah dan bantuan pihak asing memudahkan kelompok loyalis dan pemerintah untuk mengambil alih wilayahnya. Salah satu langkah dalam memunculkan solusi dalam konflik adalah dengan melakukan pemetaan konflik, maka dari itu untuk dapat memahami konflik ini kami akan menjabarkan pemetaan detail terkait konflik yang terjadi akhir-akhir ini sekaligus dengan upaya negosiasi yang telah dilakukan pihak ketiga.

 

Kata Kunci: Konflik Suriah, Pemberontak Kurdi, Militan Radikal, Pemberontak Moderat, 

Pemetaan Konflik dan Upaya Negosiasi di Konflik Suriah